Lahir tanggal 03 Nopember 1972, di Kota Pangkal Perjuangan Karawang, tepatnya di Jatirasa, Kelurahan Karangpawitan, Kec. Karawang, Kab. Karawang, Jawa Barat, kota yang dilewati jalur utama pantura, Jalan yang dibangun oleh Daendels Jalan Anyer – Panarukan. Orang tua memberi nama Ikhwanudin. Sejak lahir dipanggil iwan, semua teman-teman pun memanggil yang sama.

Lahir dari seorang ibu penjual nasi di sekolah SMEA Negeri Karawang dan bapak yang bekerja sebagai tatalaksana di sekolah yg sama. Hidup dalam keterbatasan secara ekonomi. Hanya saya yang lebih beruntung dari 7 bersaudara, yang bisa melanjutkan sekolah keperguruan tinggi, itupun berkat Beasiswa dari Kementrian Pendidikan saat itu di tahun 1992.

Sejak SD sampai SMP saya dikenal sebagai anak yang tidak terlalu banyak bicara, cenderung banyak diam. Bergaul dengan beberapa anak satu desa yang terbilang nakal, saat SMP sy mulai aktif dalam kegiatan Sepak Bola, namun berbaur dengan anak2 yang katagori nakal. Namun alhamdulillah, hingga saat ini saya tidak pernah terbawa untuk merokok dan minum minuman keras.

Di saat kelas 1 – 2 SMP saya terbilang buruk dalam kegiatan belajar, hasil yang sangat jelek, hal ini diakibatkan pergaulan saya dengan siswa dan teman-teman di desa yang sukan menghabiskan waktu untuk bermain hingga larut malam. Pada saat kenaikan Kelas di kelas 2, saya hampir saja tidak naik ke kelas 3, karena ada diperingkat paling akhir, ini menjadi titik balik, menjadi momen yang tidak pernah saya lupakan.

Sepulang pembagian rapot dengan nilai buruk, saya mendapatkan cacian oleh bapak saya, beliau marah besar, saat itulah saya berubah total dalam bergaul, dan mulai fokus belajar, hingga di semester berikutnya di kelas 3 saya mendapatkan peringkat 13 dari sekitar 40 siswa. Capaian yang luar bisa buat saya, dan selanjutnya lulus dari SMP saya mendapatkan nilai NEM tidak besar, namun tidaklah buruk.

Selanjutnya saya berkeinginan menjadi guru olah raga, akhirnya saya mencoba melanjutkan sekolah ke SGO (Sekolah Guru Olahraga) namun dengan catatan nilai selama SMP tidak bagus, akhirnya saya tidak diterima, selanjutnya mencoba keberuntungan daftar ke STM, juga tidak diterima. Akhirnya bapak saya yang bekerja sebagai Tatalaksana SMEA Negeri Karawang, menawarkan untuk melanjutkan di sekolah tersebut. Permintaan orang tua untuk melanjutkan di SMEMA walaupun saya tidak menginginkannya, tapi akhirnya saya yakin ini yang terbaik, dan betul, pilihan orang tua membuktikan hingga sekarang.

Saat masuk SMEA, saya mulai berpikir lagi untuk berubah lebih baik lagi, saya harus menjaga nama baik orang tua, sy mulai meningkat minat belajarnya, cara belajarpun saya rubah, saya mulai senang membaca buku pelajaran dan dihapalkan dan dipahami sehari sebelum guru mengajar. Alhasil, saya mendapatkan nilai-nilai yang cukup baik, walaupun juga ada beberapa pelajaran yang sulit saya kuasai yakni Tazwid dan matematika..heeee…

Setiap pembagian rapot, alhamdulillah selalu menjadi yang teratas. Dalam kegiatan pembelajaran saya sering menggantikan guru untuk mengajar, tanpa saya sadari ini bagian dari titik awal garis yang sudah ditentukan bahawa saya akan jadi guru. Selain prestasi akademik, pun saya banyak aktif di kegiatan Ekskul, yakni Pramuka, Paskibra, dan Sepakbola. Dengan prestasi yang memuaskan, saya masuk siswa yang mendapatkan beasiswa supersemar.

Tahun 1991, saya lulus dari SMEA, saya mencoba keberuntungan untuk masuk TNI, keiningan yg sangat besar untuk jadi seorang anggota TNI, namuna apa daya, dari fisik dan financial tidak mendukung, selanjutnya karena orang tua tidak mampu membiayai kuliah, akhirnya saya ikut kakak saya di Cakung, Jakarta Timur. Sambil bantu-bantu usaha kakak jual minyak tanah dan reparasi elektronik, saya ikut beberapa kursus di bekasi. Kursus Bahasa Inggris dan Akuntansi, dengan harapan bisa jadi bekal untuk melamar pekerjaan di perusahaan.

Di awal tahun 1992, saya mendapatkan kesempatan untuk daftar beasiswa dari kementrian pendidikan dan kebudayaan saat itu melalui almamater saya SMEA Negeri Karawang. Alhamdulillah puji syukur, saya diterima untuk melanjutkan kuliah di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung, yang saat itu namanya masih BPLP (Balai Pendidikan dan Latihan Pariwisata) namun dikenal oleh masyarakat luas di Bandung dengan sebutan NHI (enhai). Selama 3 tahun (6 semester) saya mengikuti kegiatan perkuliahan, semester 3 mengikuti On the Job Training di Garuda & Merpati Airlines, dan di semester 5 mengikuti Praktik Kerja Lapangan sebagai Gurud di SMEA Negeri Gowongan Kidul Kota Yogyakarta. Selama 3 tahun kuliah saya beserta teman-teman yang berjumlah 50 orang, mendapatkan pembiayaan kuliah seluruhnya ditanggung oleh Pemerintah Pusat, selain itu juga kami mendapatkan Living Cost (uang saku dan uang untuk sewa tempat tinggal) yang dibagikan setiap bulannya. Semester 1-2 kami semua tinggal di Asrama Kampus, semester 3 ditempat kegiatan OJT, semester 4 kami kembali ke asrama, semester 5 kembali ke tempat kami Praktik Kerja Lapangan, di semester akhir, kami diberikan kebebasan untuk kembali ke asrama ato mencari tempat kost sendiri.

Selama 3 tahun kami kuliah di NHI, saya dipercaya oleh teman-teman sebagai narahubung, antara kami dengan pihak kampus yang menguru Program Beasiswa dari Kementrian Pendidikan. Saya dipercaya untuk distribusi Living cost, Asuransi kesehatan dan keperluan lainnya, termasuk di akhir semester saya banyak berkomunikasi dengan Kementrian untuk menyelesaikan berbagai administrasi untuk penempatan kami sebagai PNS di berbagai daerah. Beberapa kali saya harus bolak balik ke Jakarta, terutama ada beberapa teman administrasinya masih harus ada perbaikan. Setelah seluruhnya selesai, hampir seluruh teman-teman sudah kembali ke daerah masing-masing, ternyata dokumen penting saya ada kesalahan fatal, tahun lahir saya di Ijazah yang dikeluarkan STP Bandung salah, tertulis 1973, padahal seharusnya 1972. Akhirnya saya harus bolak balik bandung – jakarta tuk menyelesaikannya, di saat sudah tidak ada lagi teman-teman di bandung, ini berakibat SK CPNS terlambat 3 bulan dibandingkan dengan punya teman-teman.

Diakhir tahun 1995, setelah selesai segala sesuatunya di Bandung dan Jakarta, saya berangkat ke Pekanbaru liburan sambil menunggu SK Penempatan keluar. selama hampir 2 bulan saya tinggal bersama Keluarga Kakak yang baru pindah dari Tapanuli Utara ke Kota Pekanbaru, tepatnya di daerah Simpangtiga yang tidak jauh dari Bandara Sultan Sarif Kasim II, yang saat itu masih bernama Bandara Simpangtiga. Selama tinggal di Kota Madani (Julukan kota Pekanbaru) saya tidak hanya liburan, sy menyempatkan diri untuk ikut kursus bahasa inggris di salah satu Lembaga Pendidikan Non Formal.

Di awal tahun 1996, saya kembali ke Kota Kelahiran saya Kota Pangkal Perjuangan Karawang, tidak lama saya akhirnya memutuskan untuk langsung ke SMEA Negeri Cirebon walaupun SK CPND belum saya terima, hal ini saya lakukan untuk menghilangkan kebosanan saya di rumah. Di awal bulan Februari, dengan berbekal SK daftar penempatan saya langsung menghadap Kepala sekolah, yang saat itu dijabat oleh PLT Kepsek Pa Edy, yang menggantikan sementara Kepala Sekolah sebelumnya yang pensiun. Selama kurang lebih 2 bulan saya mulai mengajar dan mendapatkan honor sebesar Rp. 50.000,-, karena saat itu saya masih statusnya belum PNS. Akhirnya pada tanggal 16 Maret SMEA Negeri mendapatkan Kepala sekolah Definitif yakni Bapak Drs. Muskim Diwirya, bersamaan dengan itu, SK CPNS saya keluar.

Saat upacara penyambutan kepala sekolah, dalam batin saya “kok cuma kepala sekolah yang disambut sayanya gak, kan SK nya bersamaan?” heee…. berharap.com “siapa saya” hiii…

Tertanggal 1 Maret 1996, saya sah menjadi PNS, walau statusnya di SK masih CPNS. Dengan gaji saat itu yang tertera di SK sebesar Rp. 150.000, cukup gak cukup harus bisa untuk 1 bulan hidup di perantauan. Berbekal ilmu dan skill hasil didikan selama 3 tahun di STP Bandung dan IKIP Bandung, saya memulai karir sebagai guru. 3 bulan pertama terkadang saya masih meminta bantuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Berjalannya waktu Alhamdulillah saya mulai bisa memenuhi kebutuhan hidup saya, dan tidak lagi membebani orang tua, bahkan sebaliknya, saya sering menyisihkan beberapa rupiah untuk diberikan ke Ema (panggilan saya ke ibu) saat saya pulang kampung, uang gak seberapa, tapi itu sebagai bentuk perhatian dan berbagi kebahagiaan dengan orang tua.

Mengawali karir sebagai Tenaga Pendidikan yang berbekal pendidikan di STP Bandung, yang notabennya sekolah yang menerapkan disiplin tinggi dan pembentukan karakter yang kuat sebagai pribadi-pribadi yang memiliki “spirit of hospitality”, menjadikan saya selalu berusaha menjadi Guru yang memiliki idelisme dan spirit of hospitality, sehingga disenangi oleh siswa, dekat dengan siswa, dan menjadi kawan bagi siswa serta menjadi contoh dalam bergaul, bersikap dan berprilaku. Sebagai guru tidak hanya bagaimana mentrasfer ilmu kepada siswa, tetapi juga secara tidak disadari semua sikap dan prilaku kita akan ditransfer, oleh karenanya dari mulai penampilan (grooming), dari bagaimana saya berpakaian, bagaimana potongan rambut, kerapihan dari ujung kaki sampai ujung rambut menjadi perhatian khusus. Setiap hari rambut saya selalu berminyak dan disisir rapi, baju selalu dimasukan, rapi dan bersih, sepatu selulu dibersihkan/semir dan berkaos kaki.

Dalam berbagai kesempatan atau kegiatan di sekolah saya selalu berusaha mencari celah untuk bisa tampil atau eksis, oleh karenanya saya aktif berpartisipasi di berbagai kegiatan kesiswaan. Setiap kegiatan Kamping dan Longmarch saya selalu hadir. Beberapa kali saya ikut Jalan kaki bersama siswa longmarch dari Kedawung sampai ke Cipaniis, Dari Pelangon sampai Linggarjati. Hadir dalam kegiatan kamping dibeberapa tempat, kegiatan bakti sosial, dan kegiatan kesiswaan lainnya.

Selain aktif dalam kegiatan kesiwaan, tentunya saya pun selalu berusaha untuk bisa tampil dalam berbagai kegiatan sekolah yang berkaitan dengan Pembelajaran dan pengembangan program di sekolah. Dalam berbagai kegiatan Rapat saya selalu berusah tampil dengan menyampaikan ide dan gagasan serta solusi bukan mempertanyakan kebijakan, tetapi memperkuat kebijakan atau program yang dikembangkan, sehingga dalam beberapa kegiatan saya dipercaya untuk terlibat dan memberikan sumbang sarang serta gagasan, begitu juga ikut aktif dalam berbagai diskusi untuk pengembangan program.

Dengan kebiasaan saya seperti itu, Kepala sekolah sering mengajak saya untuk berdiskusi, dan saya banyak diminta untuk membantu pekerjaan-pekerjaan kepala sekolah, terutama pekerjaan pekerjaan yang membutuhkan waktu yang singkat dalam penyelesaiannya. Saya bekerja allout, kadang tidak mengenal waktu, serabutan apapun pekerjaanya saya kerjakan, tanpa perhitungan atau pamrih, selalu siap setiap saat dibutuhkan.

Belum 1 tahun saya sudah dipercaya untuk mengikuti beberapa kali kegiatan diklat, bahkan tahun 1997, saya mengikuti diklat yang cukup lama di P3GK Sawangan (VEDC), yakni selama 3 bulan. Saat itu saya mengikuti Diklat Skill Passport untuk Guru Kejuruan Usaha Perjalanan Wisata. Diklat yang dipersiapkan untuk melatih dan menguji kompetensi kejuruan dan juga kompetensi penunjangnya, yakni Kemampuan berbahasa Asing (Inggris) dan juga IT (informasi Teknologi). Selama 3 bulan saya berusaha untuk menjadi yang terbaik, dan akhirnya setelah ujian, saya ditetapkan menjadi peserta terbaik ke-2. Dengan prestasi tersebut dan aktfitas selama diklat, mendekatkan saya dengan sosok seorang Konsultan Asing yakni Neil Kendrick (almahrum) berasal dari Australia dan juga Ibu Ulfah Wardhani (ibu Dani). Beliau berdua sangat baik kepada saya, bahkan saat ulang tahun ditengah diklat, Neil membawakan saya kue ulang tahun, sangat terharu saat itu.
Diakhir diklat saya mendapatkan info dari Ibu Dani

to be Continued ……. Tunggu lanjutannya….